1.Mt Vesuvius Volcano, Campania, Italy
Gunung Vesuvius adalah salah satu gunung berapi di dunia yang paling berbahaya. Gunung berapi ini memiliki siklus letusan sekitar 20 tahun, namun letusan terakhir pada tahun 1944. Gunung ini dinilai sebagai salah satu tempat yang paling berbahaya di dunia dengan jutaan orang yang hidup dekat kawahnya. Pada 79 AD letusan gunung berapi ini menghancurkan kota Pompeii dan sisanya menjadi daya tarik wisata populer di selatan Napoli. Dalam beberapa tahun terakhir telah ada upaya untuk merelokasi beberapa penduduk dari lereng gunung berapi untuk mengurangi resiko dari letusan berikutnya.
Berikut adalah daftar tahun2 meletusnya Gunung Vesuvius
1913-44, 1875-1906, 1874, 1870-72, 1864-68, 1855-61, 1854-55, 1841-50, 1835-39, 1824-34, 1796-1822, 1783-94, 1770-79, 1764-67, 1744-61, 1732-37, 1724-30, 1712-23, 1708, 1706-07, 1701-04, 1697-98, 1696, 1685-94, 1682, 1654-80, 1637-52, 1631-32, 1139, 1073, 1049?, 1037, 1007, 999?, 991?, 968, 787, 685, 536, 512, 505, 472, 379-95, ?222-35, 203, 172, 79 AD, 1500BC.
2.The Cold Pole, Verkhoyansk, Russia, “KOTA TERDINGIN DI DUNIA NYARIS TANPA MATAHARI”
Salah satu tempat paling menakutkan adalah Cole Pole, Verkhoyansk, Rusia. Tempat yang sangat dingin nyaris tanpa sinar matahari. Letaknya berada 3000 mile di Timur Moskow, tepatnya di jatung Siberia, yakni Verkhoyanksk, kota tertua yang berada di lingkaran Artic.
Meski demikian tempat ini bukanlah tempat kosong tak berpenghuni. Lebih dari 3 abad orang-orang Rusia secara silih berganti tinggal di tempat beku ini, menentang musim dingin yang tiada habisnya di tepi Yana River, yang beku selama sembilan bulan.
Beratnya medan di sana, membuat tak banyak orang yang sanggup tinggal di sana. Saat ini penduduknya hanya 1.500 orang.
Verkhoyansk yang diklaim sebagai kota beku tertua di dunia, kerap juga disebut dengan nama Cold Pole (Tiang Dingin). Sukar membayangkan tempat seekstrem itu, apalagi untuk masyarakat Indonesia yang ‘bermandikan’ sinar matahari. Dalam setahun, hanya 3 bulan matahari bersinar itu pun tidak banyak.Misalnya saja, dari September sampai Maret rata-rata matahari bersinar kurang dari lima jam sehari, sedang pada Desember sampai Januari, nyaris tidak ada sinar matahari.
Mau tahu seberapa dinginnya suhu di sana? Suhu bisa berada di antara minus 40 hingga minus 60 derajat Fahrenheit. Namun suhu di sana pernah tercatat paling rendah yakni pada akhir abad ke 19 yakni berada di minus 90. Wooww!!
Tapi ‘kota mengerikan’ ini kini justru menarik wisatawan untuk datang berkunjung. Mereka rupanya ingin merasakan bagaimana hidup di tempat yang suhunya dingin luar biasa. Di jaman dahulu, tempat ini merupakan tempat pembuangan untuk orang-orang yang tidak disukai kaisar.
Para korban yang dibuang ini, tidak perlu dibunuh karena dibuang di Verkhoyansk berarti juga ‘membunuh’ mereka secara perlahan. Para korban tak akan mampu bertahan menghadapi alam ganas seperti di sana. Setelah masa kerajaan berakhir, pemerintah Uni Soviet pun menggunakan Verkhoyansk untuk mengasingkan musuh-musuh Negara.
Pada abad ke 20 populasi Verkhoyansk mencapai puncaknya yakni 2500 penduduk tapi kemudian populasi terus menurun.
3.Gunung Merapi, Indonesia
Seperti namanya Merapi, maka tinggal di sekitar gunung yang berketinggian 10.000 kaki ini adalah hal yang mengerikan. Betapa tidak, dalam keadaan ‘tenang’ pun Gunung Merapi tetap mengepulkan asap. Gunung ini telah meletus 60 kali selama lima abad terakhir, letusan terbarunya adalah tahun 2010 ini. Sebelumnya, pada 1994 letusan gunung ini mengeluarkan awan gas panas yang berakibat buruk bagi yang tersambar. Sekitar 60 orang tewas.
Tahun 1930, lebih dari 1000 orang tewas ketika gunung ini memuntahkan lahar hingga sejauh 8 mil. Banyaknya orang yang tewas adalah penduduk yang tinggal di sekitar Merapi.
Meski berbahaya, tetap saja orang suka tinggal di desa-desa sekitar Merapi. Diperkirakan kini sekitar 200.000 penduduk tinggal di desa-desa yang terdapat 4 mil dari Merapi. Gunung api aktif ini berada di Pulau Jawa yang berpenduduk sekitar 120 juta jiwa.
4.Haiti’s Perfect Storms: Gonaïves, Haiti
4.Haiti’s Perfect Storms: Gonaïves, Haiti
Pertama datang badai tropis Fay pada 16 Agustus 2008, seminggu kemudian badai Gustav menyapu. Kemudian datang lagi badai Hanna dan badai Ike. Gonaives, Haiti, menjadi begitu mengerikan tak putus dihantam badai-badai besar yang meluluhlantakan.
Bayangkan hanya dalam tempo satu bulan badai-badai itu susul menyusul membombardir Gonaives, Haiti. Sungguh sempurna!
Kota pantai Gonaives adalah satu dari lima kota terbesar di Haiti, yang dalam tempo sebulan babak belur dilanda empat badai tropis . Ketika semua badai itu berlalu, Gonaives praktis rata dengan tanah, air pantai pun menyapu.
Sebagian besar kota itu terkubur di bawah lumpur, atau tenggelam dalam air kotor yang di beberapa tempat tinggi airnya mencapai 12 meter. Korban tewas pun mendekati 500 orang.
Namun badai yang terjadi dari Agustus sampai September 2008 ini, bukanlah yang paling mematikan dalam sejarah Gonaives. Tahun 2004 kondisi lebih parah terjadi. Sekitar 3000 orang tewas ketika topan Jeanne menghantam. Badai yang masuk kategori tiga itu meratakan sebagian besar kota.
Apa yang membuat Gonaïves begitu rentan terhadap penghancuran oleh badai? Selain dari posisi pantai di Teluk Gonâve, juga karena Gonaïves berada pada daratan yang rawan banjir, yang selalu terendam ketika sungai-sungai di pedalaman meluap. Selain itu, kerap terjadi penebangan hutan.
Hal ini disebabkan karena warga Haiti mengandalkan kayu sebagai bahan bakar utama, sehingga terjadilah penebangan hutan secara besar besaran di lereng bikit yang mengelilingi kota. Akibatnya, ketika hujan datang, perbukitan di sekitar Gonaïves mencair dan longsor hampir mengubur kota.
5.Lake Kivu, Democratic Republic of Congo/Rwanda
Danau Kivu, yang terletak di sepanjang perbatasan antara Republik Demokratik Kongo dan Rwanda, adalah salah satu Danau Besar di Afrika. Yang berbahaya dari danau itu adalah, jauh di bawah permukaan danau seluas 2.700 mil persegi, ada 2.3 triliun kubik gas metana, bersama dengan 60 kilometer kubik karbon dioksida terperangkap di bawah danau di bawah tekanan air dan bumi. Yang jika terlepas dari danau, gas ini dapat menyebar awan kematian di atas 2 juta orang Afrika yang bertempat tinggal di sekitar di Danau Kivu.
Kejadian yang memprihatinkan ini mungkin bisa dilihat dari pengalaman yang terjadi tahun 1980an. Dua danau lain di Afrika yang juga memiliki komposisi kandungan kimia yang hampir sama. Tahun 1984, sebanyak 37 orang di sekeliling danau Kamerun Monoun menjadi korban ketika muncul letusan dari sana. Tiga tahun kemudian, Danau Nyos, juga di Kamerun, 80 meter kubik CO2 yang dilepaskan dari air, menewaskan 1700 orang karena menghisap gas beracun.
Diduga, insiden ini disebabkan oleh aktivitas gunung berapi yang berada di bawah danau, yang memicu pelepasan gas. Hal serupa dinyakini juga terjadi di bawah Danau Kivu. Inilah yang menjadi kekhawatirkan banyak orang bahwa daerah ini pun akan dilanda bencana serupa.
Sebuah laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa sejauh ini menyebutkan tiga danau itu merupakan danau mematikan, dan Danau Kivu lah yang kini menjadi perhatian serius.
6.The Ephemeral Isles, the Maldives
Diduga, insiden ini disebabkan oleh aktivitas gunung berapi yang berada di bawah danau, yang memicu pelepasan gas. Hal serupa dinyakini juga terjadi di bawah Danau Kivu. Inilah yang menjadi kekhawatirkan banyak orang bahwa daerah ini pun akan dilanda bencana serupa.
Sebuah laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa sejauh ini menyebutkan tiga danau itu merupakan danau mematikan, dan Danau Kivu lah yang kini menjadi perhatian serius.
6.The Ephemeral Isles, the Maldives
Kepulauan Maldives merupakan kumpulan 1.190 pulau dan atol di Samudera Hindia, di mana ketinggian pulau-pulau itu hanya enam kaki. Hal ini sungguh rawan karena pada suatu ketika nanti ada kemungkinan pulau-pulau ini akan tenggelam akibat naiknya permukaan air laut. Presiden Malvides, Muhammad Nasheed, presiden pertama yang terpilih secara demokratis pada 2008, mengakui kondisi berbahaya tersebut. Ia mencanangkan program penyelamatan sebagai prioritas kerjanya, yakni, mengumpulkan dana untuk membiayai relokasi seluruh penduduk.
Penilaian United States Geological Survey pada tahun 2005 setelah tsunami 2004, menyebutkan, Maldives adalah salah satu daratan termuda di bumi, di mana kemungkinan kehidupan tidak dapat bertahan lama di atas air. Laporan itu juga menambahkan, kondisi pulau-pulau itu harus dipertimbangkan segera karena kondisi geologinya.
Presiden Maldives, Nasheed, mempertimbangkan agar orang-orang Maldives mendapat tempat lain untuk tempat perlindungan, India atau Sri Langka.
Peristiwa baru-baru ini mendukung keputusan untuk menginvestasikan uang yang diperoleh melalui pariwisata, dalam dana relokasi: yakni peristiwa tsunami tahun 2004, yang menyapu pulau dan hanya menyisakan 10 persen dari bagian Negara itu yang aman dihuni. Ketika itu penduduk Maldives yang 300.000, sepertiganya kehilangan tempat tinggal, 80 orang meninggal.
Tahun 1987, yang disebut “King Tides” , di mana ibukota Negara, Male, ibukota pulau yang luasnya 1 mil persegi, terendam banjir. Dampak dari bencana ini itu diperparah dengan penambangan terumbu karang yang mengelilingi pulau-pulau, yang semakin membuat mereka sangat rentan terhadap erosi laut.
Kondisi ini membuat Maldives menjadi tempat yang sangat berbahaya, itu sebabnya Presiden Maldives, Muhammed Nasheed mencanangkan mengumpulkan dana untuk merelokasi penduduk.
7.Hurricane Capital of the World, Grand Cayman
Pulau Cayman, wilayah Inggris yang terletak 150 mil sebelah selatan Kuba, yang lebih dikenal sebagai taman bermain tropis, pulau-pulau Karibia berpantai indah dan merupakan lokasi menyelam kelas dunia, dan kelonggaran dalam peraturan perbankan. Namun di sisi lain, tempat ini juga memiliki reputasi sebagai “Ibukota Badai Dunia”.
Menurut situs web hurricanecity.com, Grand Cayman, yang terbesar dari tiga pulau-pulau Cayman, dihantam badai setidaknya satu badai setiap 2,16 tahun, lebih dari lokal lainnya di Atlantik basin. Sejak 1871, 64 badai telah melanda dataran rendah.
Pada tahun 2004, Hurricane Ivan, sebuah badai Kategori 5 dengan kecepatan angin mendekati 150 mil per jam, menghantam, Grand Cayman. Dengan gelombang setinggi 10 kaki, menenggelamkan seperempat dari pulau. Diperkirakan 70 persen bangunan di pulau itu hancur, dan 40.000 penduduk yang tersisa tanpa listrik atau air bersih selama berhari-hari.
8.The I-44 Tornado Corridor, Oklahoma City/Tulsa, Oklahoma
Menurut situs web hurricanecity.com, Grand Cayman, yang terbesar dari tiga pulau-pulau Cayman, dihantam badai setidaknya satu badai setiap 2,16 tahun, lebih dari lokal lainnya di Atlantik basin. Sejak 1871, 64 badai telah melanda dataran rendah.
Pada tahun 2004, Hurricane Ivan, sebuah badai Kategori 5 dengan kecepatan angin mendekati 150 mil per jam, menghantam, Grand Cayman. Dengan gelombang setinggi 10 kaki, menenggelamkan seperempat dari pulau. Diperkirakan 70 persen bangunan di pulau itu hancur, dan 40.000 penduduk yang tersisa tanpa listrik atau air bersih selama berhari-hari.
8.The I-44 Tornado Corridor, Oklahoma City/Tulsa, Oklahoma
Lebih dari 1 juta orang tinggal di sepanjang koridor Interstate 44 yang membentang antara Oklahoma City dan Tulsa, dua Negara itu adalah wilayah metropolitan yang paling padat penduduknya. Setiap musim semi, udara sejuk dan kering dari Pegunungan Rocky meluncur di dataran rendah, dan secara lokal tempat itu disebut Tornado Alley. Sejak 1890, lebih dari 120 tornado telah melanda Oklahoma City dan daerah sekitarnya, yang saat ini memiliki penduduk sekitar 700.000. Pada tanggal 3 Mei 1999, sebuah wabah 70 tornado membentang di Oklahoma, Kansas dan Texas. Beberapa badai paling merusak menyapu Oklahoma City, menghancurkan 1700 rumah dan merusak yang lain 6500. Bahkan dengan kemampuan prediksi modern dan sistem peringatan dini, 40 orang tewas ketika sebuah F-5 twister menembus Oklahoma City. Selain korban jiwa, ini menampilkan kehancuran alam yang disebabkan lebih dari $ 1 milyar kerusakan. Sejak 1950, daerah terpanjang telah pergi tanpa tornado adalah lima tahun-1992-1998. Untuk hanya tiga periode lain selama setengah abad terakhir telah Oklahoma City pergi lebih dari dua tahun tanpa tornado. Timur laut Oklahoma City, di sepanjang jalur yang sama yang memproduksi badai tornado-paling perjalanan, duduk Tulsa, yang memiliki saham sendiri mengalami kehancuran di tangan badai Tornado Alley. Antara 1950 dan 2006, 69 tornado berputar di Tulsa County-populasi 590.000-meskipun tidak terbukti mematikan seperti badai 1999 yang melanda Oklahoma City. Tetapi karena geografi-kota yang terletak di sepanjang tepi Sungai Arkansas dan dibangun di atas serangkaian luas anak sungai dan dataran banjir Tulsa mereka sangat rentan terhadap hujan yang menyertai cuaca buruk Oklahoma's. Mayor banjir pada tahun 1974, 1976 dan 1984 menyebabkan kerusakan ratusan ribu dolar .
9.China’s Creeping Sandbox, Minquin County, China
9.China’s Creeping Sandbox, Minquin County, China
Terjebak di antara dua gurun merambat, oasis Minqin County, di barat laut Provinsi Gansu. Kekeringan berganda dalam dekade yang panjang dan pengalihan air dari hulu Sungai Shiyang. Secara total, sejak tahun 1950, padang pasir telah menelan lebih dari 100 kilometer persegi. Selama periode yang sama, penduduk di sana telah meningkat dari 860.000 menjadi lebih dari 2 juta. Pada 2004, gurun meluas dengan kecepatan 10 meter per tahun. Dengan lebih dari 130 hari yang berangin dan debu setiap tahun, sebuah angka yang tsulit untuk dikendalikan. Dihadapkan dengan proses penggurunan yang cepat, pemerintah Cina telah mulai melakukan relokasi pengungsi petani, karena lahan pertanian mengalami penurunan dari 360 mil persegi .
Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5627783
Suka dengan artikel ini...? Boleh vote dengan mengklik icon berikut...
.
No comments:
Post a Comment
Ooh...come on...give me your comment...