Selepas sholat isya, terlihat Parto bergegas menuju rumah kang Udin. Langkahnya terlihat terburu – buru, raut wajahnya masih sedikit terlihat memerah seakan menahan amarah yang ingin ia tumpahkan. Parto, memang sedang kesal sama ibunya, namun kekesalannya mampu ia tahan, sehingga amarahnya hanya terpendam. Namun diam – diam ia pergi ke tempat kang Udin untuk sharing tentang kekesalannya kepada ibunya.
Bisnis angkudes (angkutan pedesaan) yang ia jalankan sedang lesu, menyusul begitu mudahnya kredit sepeda motor sekarang ini. Banyaknya sepeda motor membuat bisnis angkudesnya semakin hari semakin sepi penumpang. Kelesuan bisnisnya ditambah ibunya yang sudah tua, terlihat cerewet dan bertindak seperti anak kecil. Seperti perilaku anak kecil, ibunya sering minta yang aneh – aneh minta dibelikan ini dan itu. Ini yang membuat Parto kelihatan cemberut dan bermuram durja.
”Saya pusing kang...., bisnis angkudes saya semakin hari semakin sepi, karena sepeda motor semakin banyak bertebaran. Belum lagi pusing saya habis, ibu saya cerewet banget dan sering minta yang aneh – aneh minta dibelikan ini itu. Gimana kang ?” tanya Parto kepada kang Udin.
”Anda ini, mencari – cari jalan keluar supaya bisnis Anda lancar...namun jalan keluar sudah dikasih ... Anda malah ga diambil.” jawaab kang Udin.
”Lo .... Anda ga nyambung kang, gini nih... bisnis saya sedang lesu....ibu saya cerewet dan minta ini itu...gitu lo....kan baiknya gini to, ibu saya ini ya...minimal ngedoakan saya...supaya bisa keluar dari masalah ini.” balas Parto.
Setelah terdiam agak lama, kang Udin mulai berkata :
”Logika Anda coba dibalik, penuhi dulu permintaan ibu Anda...terima semua ”kecerewetannya” yang sebenarnya wujud ”kasih sayang” sama Anda. Sampai disini dulu... buang jauh – jauh dulu pikiran bisnis Anda yang lagi seret itu. Tentang sebaiknya ibu Anda berdo’a demi kelancaran bisnis Anda, ga usah diminta, saya yakin ibu Anda sudah mendo’akan ga ngomong aja”
”Anda mungkin lupa ya....waktu kita bareng – bareng ngaji ke kyai Ilyas, apa cerita beliau waktu membahas tentang berbakti sama orang tua ?, kalau Anda lupa ... sekarang saya ikut mengingatkan, ”Seseorang bertanya, “Ya Rosul, saat ini ibuku meninggal di tempatku, aku mendulangnya dan mewudlukannya serta kugendong diatas bahuku, hal ini apakah termasuk aku membalas jasa kepadanya ? Beliau menjawab : “Belum satu persenpun dari jasa (kebaikan)nya, tetapi engkau sudah termasuk berbakti, dan Allah akan membalasmu dengan pahala yang sangat besar, sekalipun amalmu tidak seberapa kepadanya.”
”Jadi, kalau Anda mau nyerahkan seluruh uang hasil bisnis Anda ke ibu, apa sudah bisa membalas jasa kebaikan seorang ibu ? sama sekali tidak, apalagi kalau ibu hanya ”cerewet” dalam bahasa Anda.”
”Nah, kalau Anda sudah bisa dengan sungguh – sungguh memahami, menghayati dan dengan ketulusan hati melakukan itu, mudah-mudahan petunjuk Allah akan segera turun tentang penyelesaian bisnis Anda, karena sesungguhnya Anda bisa mengatasi ruwetnya bisnis bukan karena kelihaian, keterampilan, yang Anda miliki, namun semata – mata karena kehendak gusti Allah.”
Mendengar penuturan kang Udin, perlahan Parto mulai tertunduk dari matanya tak terasa mengalir tetesan air mata. Sejenak ia tidak terfikirkan sama sekali tentang bisnis angkudesnya yang sedang lesu, namun terbayang-bayang dalam relung fikirannya bagaimana ia belum pernah menyenangkan hati seseorang yang dengan susah payah melahirkan dirinya ke dunia ini.
Suka dengan artikel ini ...? Boleh vote dengan mengklik icon berikut...
.
No comments:
Post a Comment
Ooh...come on...give me your comment...