Bagi sebagian dari kita, mendengar tentang berbagai jenis kecanduan adalah kejadian yang umum. Ketika kecanduan terkait dengan penyalahgunaan zat seperti alkohol, pemahaman kita bahwa hal itu menjadi masalah serius yang terjadi pada diri seseorang sehingga hidupnya menjadi di luar kendali. Tapi bagaimana jika kecanduan itu terjadi akibat sesuatu yang lebih halus dan sepertinya dianggap biasa saja oleh orang-orang? Mungkinkah perilaku yang tampaknya normal seperti menonton televisi bisa menjadikan kecanduan?
Saya percaya televisi dapat menjadi "obat" karena secara harfiah pengalaman mampu mengubah pikiran. Seperti obat apapun, ia memiliki potensi untuk digunakan secara bertanggung jawab atau disalahgunakan. American Academy of Pediatrics merekomendasikan tidak ada program televisi yang cocok untuk anak di bawah usia dua tahun, dan tidak lebih dari dua jam televisi per hari untuk anak-anak yang lebih tua.
Berikut alasannya. Hal ini tidak hanya karena potensi untuk konten yang tidak pantas yang banyak disiarkan di televisi. Bahkan, untuk anak muda khususnya, itu adalah rangsangan luar biasa yang disediakan TV yang membuatnya begitu berpotensi merusak. Semua warna-warna cerah berkedip, suara keras, dan fragmentasi yang meliputi televisi sangat sulit dikelola untuk pikiran anak-anak. Pada saat yang sama, anak-anak seperti sebuah magnet yang mencari semua jenis kepuasan, hal ini bisa berubah dengan cepat menjadi kecanduan rangsangan neurologis terhadap televisi. Meskipun beberapa orang telah mencoba untuk membenarkan beberapa tayangan dengan menyatakan hal itu membuat anak lebih cerdas, tetapi ternyata penelitian membuktikan bahwa hal itu sesungguhnya bisa merusak anak..
Apa pengaruh paparan berulang dari stimulasi televisi? Sama seperti apa yang terjadi ketika seseorang terkena obat apapun, pengulangan paparan televisi memiliki efek menumpulkan indera seseorang. Inilah apa yang dialami oleh sebagian orangtua ketika meminta anak-anaknya untuk berhenti menonton tv tetapi kemudian mendapatkan tatapan kosong dari anak-anaknya atau mendengus dan mengangkat bahu! Anak-anak yang kecanduan televisi semakin kurang peduli tentang isi dari apa yang mereka tonton dan menjadi kurang peka terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
Berikut yang dapat anda lakukan jika menghadapi anak yang kecanduan menonton tv:
1) Membuat aktivitas menonton bersama keluarga. Diskusikan apa yang Anda dan anak Anda tonton bersama-sama. Matikan atau nonaktifkan volume selama iklan untuk memastikan anda mempertahankan kontak sosial. Usahakan membuat hubungan antara tanyangan tv yang sedang ditonton dengan kenyataan yang terjadi dalam keluarga.
2) Berikan batasan menonton televisi untuk jangka waktu tertentu dalam sehari. Anak-anak akan berbuat lebih baik ketika mereka diminta untuk melakukan hal-hal tertentu sebelum mereka menonton TV, seperti berpakaian, sikat gigi, sarapan, makan, dll. Jangan biarkan televisi menjadi latar belakang konstan untuk kehidupan keluarga. Putar TV untuk menonton acara tertentu, dan kemudian mematikannya ketika acara selesai.
Diskusikan alternatif tayangan televisi dengan anak-anak Anda. Anak-anak akan bisa lebih baik menerima bahwa mereka hanya bisa menyaksikan TV dalam waktu tertentu ketika mereka tahu Anda siap untuk menghabiskan waktu bermain game, pergi ke taman, atau membantu dengan pekerjaan rumah bersama mereka sebagai gantinya. Ketika kita menggunakan TV agar anak-anak kita bisa tenang sementara kita mengerjakan hal lain, kita tidak sengaja menjadi penyebab dari kecanduan mereka.
3) Tidak semua acara tv diciptakan sama. Carilah tayangan tv yang tepat untuk anak-anak. Carilah beberapa program yang bagus untuk anak-anak. Jangan takut untuk menyensor sendiri tayangan tv anda di rumah. Jika Anda mulai saat anak-anak anda masih kecil dengan mengatakan, "acara ini tidak baik bagi otakmu, dan aku bangga pada anak pintar sepertimu," Anda akan membuat mereka tetap berada di jalur yang benar.
Baca juga: Pengaruh televisi pada anak
Baca juga: Pengaruh televisi pada anak
Suka dengan artikel ini...? Boleh vote dengan mengklik icon berikut... Jangan lupa komennya yah..
.
No comments:
Post a Comment
Ooh...come on...give me your comment...