Pada hari ketika kita menyaksikan dahsyatnya Hari Kiamat, maka kita akan merasakan seakan-akan kita tinggal di Dunia ini hanya sehari saja, pada waktu sore hari atau pagi hari saja. ( An-Nazia’at : 46 )
Dahulu ada sebuah Kerajaan yang sangat aman, rakyatnya makmur dan sentosa. Raja ini selalu memperhatikan dan mementingkan kesejahteraan rakyatnya. Sang Raja selalu berkeliling negeri untuk melihat langsung kondisi rakyatnya.
Suatu hari Sang Raja mendengar rintihan seorang pemuda yang kelaparan. Si Ibu dengan suara lemah mengatakan kepada anaknya bahwa dia sudah tidak memiliki lagi persediaan makanan. Raja terkejut, di negerinya ada rakyatnya yang kelaparan.
Sang Raja berfikir sebentar. Kemudian dia membuat sebuah kesempatan untuk Sang pemuda tadi. Dia memerintahkan prajuritnya. untuk secara diam-diam membawa sang pemuda itu ke istana ketika dia sedang tidur, malam itu juga.
Ketika Pemuda itu tidur, secara diam-diam beberapa Prajurit membawa pemuda tanpa sepengatahuan siapapun termasuk pemuda itu sendiri.
Raja ingin memberikan jabatannya sebagai Raja selama sehari untuk si pemuda tersebut.Dia ingin tahu apa yang akan dilakuakn si Pemuda.
Pagi harinya ketika terbangun dari tidurnya si pemuda tadi heran, dimanakah dia berada? Segera beberapa pembantu istana menjelaskan bahwa dia saat ini di istana kerajaan dan diangkat menjadi Raja.
Para Pembantu istana sibuk melayaninya.Sementara itu di tempat terpisah si ibu kebingungan dan cemas karena dia mendapati anaknya hilang dari rumahnya. Di carinya kemana-mana tapi sang anak pujaan hati tetap tak ditemukannya. Siang harinya sambil menangis dan bercucuran air mata si ibu pergi ke istana Raja untuk meminta bantuan mencari anaknya ke pelosok negeri. Di gerbang istana si ibu tertahan oleh Para Penjaga istana dan tidak diijinkan untuk bertemu dengan Raja.
Namun demikian, seorang Penjaga itu masuk ke dalam dan memberi tahu kepada Sang Raja baru (Pemuda anak ibu tersebut) bahwa di luar istana ada seorang ibu tua lusuh dan kelaparan yang sedang mencari anaknya yang hilang. Sang Raja kemudian memerintahkan untuk mensedekahkan satu karung beras kepada ibu tua miskin tersebut.
Malam harinya Sang Raja baru itu tidur kembali di kamarnya yang megah dan mewah.Tengah malam, Sang Raja yang asli dengan Para Pembantunya secara diam-diam kembali memindahkan pemuda yang sedang tidur lelap itu kembali ke rumah ibunya.
Esok pagi si ibu sangat gembira karena telah menemukan kembali anaknya yang hilang kemarin. Sebaliknya si Pemuda heran kenapa dia ada disini kembali. Si ibu bercerita bahwa kemarin dia mencarinya kesana-kemari hingga pergi ke istana untuk minta bantuan, dan pulangnya dia diberi oleh Raja sekarung beras. Si Anak segera menyadari bahwa dialah kemarin yang memberi sekarung beras itu.
Kemudian bergegas dia pergi ke istana dan menghadap Raja, dengan lugu dia minta diangkat kembali menjadi raja. Walau cuma sehari .Sang Raja segera menolak dengan mengatakan bahwa waktu/kesempatannya menjadi raja sudah habis.
Si Pemuda tetap memohon,sambil menghiba-hiba Pemuda itu minta hanya sejam saja bahkan beberapa menit saja, tetapi Sang Raja tetap menolak
Sang Pemuda pulang dengan hati penuh penyesalan.Kenapa dia sangat kikir ketika jadi Raja sehari itu, seandainya dia dermawan maka tidak hanya sekarung beras yang dia kirim tetapi mungkin berton-ton beras yang dia kirim.
oOo
Tahukah anda ?..
Itulah analogi kehidupan kita sekarang. Kelak di akhirat ada orang-orang menyesal .Mereka tidak pernah atau tidak serius beramal untuk akhirat mereka. Mereka tidak mengirim beras ( pahala ) yang banyak untuk kampung akhirat mereka.
Mereka menghiba-hiba kepada Allah swt agar di hidupkan kembali ( dikembalikan ke dunia sekali lagi) :
“Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia agar kami bisa berbuat kebajikan yang amat banyak), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zalim." Allah berfirman: "Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku. “ ( QS Al-Mukminun:107-108)
Ketika kita beramal, Sesungguhnya amal itu untuk diri kita sendiri !
“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini. ( QS Muhammad:38).
Apakah kita ingin menjadi orang yang menyesal ?? atau mulai banyak mengumpulkan amal untuk membangun Istana Sorga kita di akhirat kelak ???
--------------------------------000000000000000----------------------------------
Suatu malam, selepas sholat isya bertempat di rumah kang Udin, terlihat beberapa orang sedang berdiskusi tentang rencana – rencana mereka yang sebentar lagi akan memasuki tahun baru hijriyah. Suasanapun sudah mulai ramai masing – masing asyik dengan rencananya sendiri – sendiri dalam menyambut tahun baru hijriyah.
”Saya sudah nyiapkan duit kang, buat beli mercon gandengan buat malam tahun baruan nanti. ” kata kang Parto
”Kalau saya udah nyiapin duit buat liburan sekeluarga kang, hitung – hitung menghibur diri dan kelurga.” kata kang Syamsul
”Nah, saya ini..... yang duit cuma sedikit, cuma nyiapin diri buat ziarah ke makam almarhumah ibu saya kang. ” sela kang Agus.
Mendengar berbagai celoteh, kang Udin mulai berbicara.
”Kalau kita mau bertahun baru, alangkah lebih baik kita melihat sejarah dan esensi dari tahun baru hijriyah itu sendiri.
Dari peristiwa hijrah, Rasulullah SAW bisa membangun masyarakat baru di kota Madinah. Masyarakat yang terformulasikan dalam bentuk persaudaraan "ukhuwah" yang sangat kental antara orang-orang yang berhijrah dari Makkah " Muhajirin " dan penduduk kota Madinah yang membantu mereka " al anshar ".
Kekentalan ukhuwah/persahabatan ini bisa dilihat dari sebuah ilustrasi ketika Abdurrrahman bin Auf r.a dari kelompok Muhajirin dipersaudarakan dengan Sa'ad bin al Rabi' dari Anshar. Seketika Sa'ad r.a. dengan penuh kejujuran dan keikhlasan menawarkan kepada Abdurrahman untuk mengambil separuh dari kekayaanya dan salah seorang dari kedua istrinya”
”Terus kita harus gimana sebaiknya ?” sela kang Parto
Kang Udinpun kembali melanjutkan pembicaraannya.
”Seseorang dikatakan hijrah jika telah memenuhi dua syarat, yaitu pertama ada sesuatu yang ditinggalkan dan kedua ada sesuatu yang dituju. Kedua-duanya harus dipenuhi oleh seorang yang berhijrah.
Kalau Anda kemarin lebih berkeyakinan kepada omongan dukun atau paranormal, tekadkan hati untuk meninggalkan itu dan lebih memilih kalamnya gusti Alloh.
Kalau Anda kemarin lebih mengagumi pemikiran – pemikiran orang barat yang tidak islami, tekadkan hati untuk meninggalkan itu dan kagumilah Kangjeng Nabi Muhammad.
Kalau Anda kemarin lebih senang mendatangi tempat – tempat karaoke dan perkara sejenis lainnya, tekadkan hati untuk meninggalkan itu dan arahkan kesenangan untuk mendatangi majelis – majelis ilmu dan majelis dzikir.
Kalau sampeyan kemarin lebih senang marahi anak buah ketika melakukan kesalahan dibanding mencari solusi atas permasalahan, tekadkan hati untuk meninggalkan itu dan jadilah seorang pemaaf dan lebih berorientasi kepada solusi.Itulah esensi dan spirit hijrah
Mendengar ungkapan itu, kang Parto langsung berikrar, ”kang uang saya tidak akan saya belikan mercon gandeng kang, aku mau belikan beras aja untuk anak Yatim dan Fakir Miskin”.
”Saya sudah nyiapkan duit kang, buat beli mercon gandengan buat malam tahun baruan nanti. ” kata kang Parto
”Kalau saya udah nyiapin duit buat liburan sekeluarga kang, hitung – hitung menghibur diri dan kelurga.” kata kang Syamsul
”Nah, saya ini..... yang duit cuma sedikit, cuma nyiapin diri buat ziarah ke makam almarhumah ibu saya kang. ” sela kang Agus.
Mendengar berbagai celoteh, kang Udin mulai berbicara.
”Kalau kita mau bertahun baru, alangkah lebih baik kita melihat sejarah dan esensi dari tahun baru hijriyah itu sendiri.
Dari peristiwa hijrah, Rasulullah SAW bisa membangun masyarakat baru di kota Madinah. Masyarakat yang terformulasikan dalam bentuk persaudaraan "ukhuwah" yang sangat kental antara orang-orang yang berhijrah dari Makkah " Muhajirin " dan penduduk kota Madinah yang membantu mereka " al anshar ".
Kekentalan ukhuwah/persahabatan ini bisa dilihat dari sebuah ilustrasi ketika Abdurrrahman bin Auf r.a dari kelompok Muhajirin dipersaudarakan dengan Sa'ad bin al Rabi' dari Anshar. Seketika Sa'ad r.a. dengan penuh kejujuran dan keikhlasan menawarkan kepada Abdurrahman untuk mengambil separuh dari kekayaanya dan salah seorang dari kedua istrinya”
”Terus kita harus gimana sebaiknya ?” sela kang Parto
Kang Udinpun kembali melanjutkan pembicaraannya.
”Seseorang dikatakan hijrah jika telah memenuhi dua syarat, yaitu pertama ada sesuatu yang ditinggalkan dan kedua ada sesuatu yang dituju. Kedua-duanya harus dipenuhi oleh seorang yang berhijrah.
Kalau Anda kemarin lebih berkeyakinan kepada omongan dukun atau paranormal, tekadkan hati untuk meninggalkan itu dan lebih memilih kalamnya gusti Alloh.
Kalau Anda kemarin lebih mengagumi pemikiran – pemikiran orang barat yang tidak islami, tekadkan hati untuk meninggalkan itu dan kagumilah Kangjeng Nabi Muhammad.
Kalau Anda kemarin lebih senang mendatangi tempat – tempat karaoke dan perkara sejenis lainnya, tekadkan hati untuk meninggalkan itu dan arahkan kesenangan untuk mendatangi majelis – majelis ilmu dan majelis dzikir.
Kalau sampeyan kemarin lebih senang marahi anak buah ketika melakukan kesalahan dibanding mencari solusi atas permasalahan, tekadkan hati untuk meninggalkan itu dan jadilah seorang pemaaf dan lebih berorientasi kepada solusi.Itulah esensi dan spirit hijrah
Mendengar ungkapan itu, kang Parto langsung berikrar, ”kang uang saya tidak akan saya belikan mercon gandeng kang, aku mau belikan beras aja untuk anak Yatim dan Fakir Miskin”.
Sumber: http://www.rumah-yatim-indonesia.org
Suka dengan artikel ini...? Boleh vote dengan mengklik icon berikut...
Suka dengan artikel ini...? Boleh vote dengan mengklik icon berikut...
.
No comments:
Post a Comment
Ooh...come on...give me your comment...