Dipasok harga Rp 60 Juta per unit, kapasitas dua orang dengan 250 kg barang bawaan, dan cocok untuk dai pedalaman.
Berdakwah di pedalaman dan daerah minus memang penuh dengan kendala. Salah satu kendala yang banyak dirasakan oleh para dai adalah tidak adanya transportasi dan minimnya infrastruktur jalan.
Kini, ada teknologi otomotif yang setidaknya dapat sedikit meringankan tugas para dai di pedalaman.
PT FIN Komodo Teknologi yang berpusat di Cimahi Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu yang lalu sukses menciptakan mobil bermesin motor yang mampu digunakan di daerah ekstrem.
Kepada Hidayatullah.com, Pendiri PT FIN Komodo Teknologi, Ibnu Susilo mengatakan mobil yang diberi nama Komodo ini memang cocok untuk para dai yang ditugaskan di daerah minus.
”FIN Komodo ini saya rancang untuk daerah yang tidak ada jalanan seperti di pedalaman, desa, dan remote area,” kata lelaki yang juga Ketua Asosiasi Industri Automotive Nusantara (ASIA NUSA).
Meski menggunakan mesin motor 180 cc 2-tak, tapi jangan ragukan soal kemampuan Komodo. Komodo yang dikenal sebagai binatang tangguh, maka mobil ini pun sanggup digeber hingga 40 km/jam di jalan berbatu. Sedangkan di jalan yang rata, kendaraan jenis off road ini mampu lari 60 km/jam. Mobil ini juga mampu dipacu di jalan yang berlumpur atau jalan yang memiliki kemiringan ekstrem.
Mengenai bahan bakar, untuk medan hutan, untuk jarak 100 Km konsumsi bahan bakar kurang lebih hanya 5 liter. Sedangkan kapasitas tangki 20 liter, sehingga dapat survive di hutan selama 7 x 4 jam atau 4 hari perjalanan siang hari.
Disamping untuk misi penjelajah atau survei atau pengawasan, maka Komodo juga dapat digunakan untuk mengangkut beban (barang bawaan) seberat 250 Kg, sehingga dapat juga berfungsi sebagai kendaraan utility. Mobil ini berkapasitas dua orang penumpang.
Sebagian besar suku cadang kendaraan tersebut merupakan hasil produksi dalam negeri. Pelat baja misalnya, adalah buatan PT Krakatau Steel, sementara ban menggunakan merek Ar-chilles. Adapun, pelek dipasok oleh perusahaan dari Sidoarjo.
"Suku .cadang yang masih diimpor adalah komponen mesin yang kami datangkan dari China, yaitu mesin all min, serta cat [Nippon Paint]," tuturnya.
Soal harga, kata Ibnu, perusahaannya”Saat ini sudah ada beberapa lembaga dakwah di Jawa Timur yang sudah merasakan manfaat menggunakan Komodo,” pungkasnya. [syaf/hidayatullah.com]
Berdakwah di pedalaman dan daerah minus memang penuh dengan kendala. Salah satu kendala yang banyak dirasakan oleh para dai adalah tidak adanya transportasi dan minimnya infrastruktur jalan.
Kini, ada teknologi otomotif yang setidaknya dapat sedikit meringankan tugas para dai di pedalaman.
PT FIN Komodo Teknologi yang berpusat di Cimahi Bandung, Jawa Barat, beberapa waktu yang lalu sukses menciptakan mobil bermesin motor yang mampu digunakan di daerah ekstrem.
Kepada Hidayatullah.com, Pendiri PT FIN Komodo Teknologi, Ibnu Susilo mengatakan mobil yang diberi nama Komodo ini memang cocok untuk para dai yang ditugaskan di daerah minus.
”FIN Komodo ini saya rancang untuk daerah yang tidak ada jalanan seperti di pedalaman, desa, dan remote area,” kata lelaki yang juga Ketua Asosiasi Industri Automotive Nusantara (ASIA NUSA).
Meski menggunakan mesin motor 180 cc 2-tak, tapi jangan ragukan soal kemampuan Komodo. Komodo yang dikenal sebagai binatang tangguh, maka mobil ini pun sanggup digeber hingga 40 km/jam di jalan berbatu. Sedangkan di jalan yang rata, kendaraan jenis off road ini mampu lari 60 km/jam. Mobil ini juga mampu dipacu di jalan yang berlumpur atau jalan yang memiliki kemiringan ekstrem.
Mengenai bahan bakar, untuk medan hutan, untuk jarak 100 Km konsumsi bahan bakar kurang lebih hanya 5 liter. Sedangkan kapasitas tangki 20 liter, sehingga dapat survive di hutan selama 7 x 4 jam atau 4 hari perjalanan siang hari.
Disamping untuk misi penjelajah atau survei atau pengawasan, maka Komodo juga dapat digunakan untuk mengangkut beban (barang bawaan) seberat 250 Kg, sehingga dapat juga berfungsi sebagai kendaraan utility. Mobil ini berkapasitas dua orang penumpang.
Sebagian besar suku cadang kendaraan tersebut merupakan hasil produksi dalam negeri. Pelat baja misalnya, adalah buatan PT Krakatau Steel, sementara ban menggunakan merek Ar-chilles. Adapun, pelek dipasok oleh perusahaan dari Sidoarjo.
"Suku .cadang yang masih diimpor adalah komponen mesin yang kami datangkan dari China, yaitu mesin all min, serta cat [Nippon Paint]," tuturnya.
Soal harga, kata Ibnu, perusahaannya”Saat ini sudah ada beberapa lembaga dakwah di Jawa Timur yang sudah merasakan manfaat menggunakan Komodo,” pungkasnya. [syaf/hidayatullah.com]
Suka dengan artikel ini...? Boleh vote dengan mengklik icon berikut...
No comments:
Post a Comment
Ooh...come on...give me your comment...